Monday, 27 October 2014

Green Banking

Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking

http://swa.co.id/business-strategy/management/alasan-utama-bi-kembangkan-green-banking

bank indonesia green banking

Perhatian terhadap lingkungan semakin gencar dilakukan oleh berbagai pihak, baik di Tanah Air dan di tingkat global. Maklum, karena semakin giatnya perekonomian berjalan, seperti bidang industri, semakin besar pula kerusakan lingkungan yang terjadi.
Salah satu pihak yang berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap lingkungan adalah sektor perbankan. Sektor ini sedang berupaya mengembangkan perbankan yang ramah lingkungan (green banking).
“Sebagaimana diketahui, The World Economic Forum dalam laporan tahun 2013 menempatkan ekonomi dan lingkungan sebagai risiko utama dunia. Keduanya memiliki keterkaitan di mana diyakini bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan tata kelola industri yang tidak berkelanjutan memberikan dampak negatif pada perekonomian global,” ujar Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Demi menjaga lingkungan hidup, konsep ekonomi hijau terus digaungkan. Di sektor perbankan pun terdapat istilah green banking. Prinsip dasar dari green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko bank, khususnya yang terkait dengan lingkungan hidup, dan mendorong perbankan untuk meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan hidup, seperti ke energi terbarukan dan pertanian organik.
Bank sentral ini berpandangan bahwa penting untuk mengembangkan perbankan ramah lingkungan. Ronald menyebutkan, ada dua alasan utama mengapa BI menilai hal itu penting. “Pertama, merespons Undang-undang No 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengharuskan semua aktivitas ekonomi untuk patuh mendorong kelestarian lingkungan dengan pemberian sanksi baik pidana bagi pelakunya hingga pencabutan izin lingkungan,” terang dia. Dia lalu mengatakan, bila hal itu tidak diperhatikan perbankan, maka akan berpotensi meningkatkan risiko kredit, risiko hukum, dan risiko reputasi.
“Untuk itu, perbankan perlu memahami dan menguasai lebih baik mengenai manajemen risiko lingkungan hidup ini.”
Alasan kedua, terang dia, adalah permasalahan nasional yang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah adalah ketahanan pangan dan energi. Dia menuturkan, kedua sektor itu cukup besar pengaruhnya bagi perekonomian. Bisa dilihat dari impor yang terbilang besar, fluktuasi harga komoditas tersebut yang berpengaruh kepada inflasi dan tekanan nilai tukar, serta defisit APBN.
“Untuk itu, dukungan perbankan untuk membiayai kedua sektor tersebut menjadi sangat penting,” tegas Ronald.
Bila perbankan mendukung pembiayaan ke sektor energi dan ketahanan pangan, maka akan mendukung terciptanya swasembada energi dan pangan, sekaligus membantu penurunan gas rumah kaca. “Tentunya ruang lingkup green finance bisa diperluas ke sektor strategis lainnya, seperti jasa atau transportasi, industri, perumahan, dan produk ekonomi kreatif yang mengedepankan prinsip green,” sambung dia.
Selain karena dua hal itu, pentingnya perbankan nasional mengembangkan green banking ini juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing perbankan nasional. “Saat ini terdapat tren perbankan yang beroperasi secara internasional secara sukarela menerapkan prinsip green banking ini, antara lain, melalui insiatif The Equator Principles, dan United Nation Environment Programme-Finance Initiative. Hal ini juga telah direspons oleh bank sentral maupun otoritas pengawasan bank, seperti China, Malaysia, Bangladesh, Nigeria, Brazil, dan Korea Selatan,” tandasnya. (EVA)
Penerapan Konsep Green Banking Diperluas
Seluruh lembaga jasa keuangan, kini wajib menerapkan green banking.
Acara penandatanganan MoU antara Kementerian Lingkungan Hidup dan OJK di Jakarta, Senin (26/5). Foto: www.menlh.go.id
Penerapan konsep green banking diperluas. Dari sebelumnya hanya diterapkan di sektor perbankan, diperluas menjadi ke seluruh lembaga jasa keuangan. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Kerjasama tersebut berjudul peningkatan peran lembaga jasa keuangan dalam perlindungan dan pengelolaan hidup melalui jasa keuangan berkelanjutan. Tandatangan dilakukan oleh Menteri LH Balthasar Kambuaya dan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad. Kerjasama ini merupakan program lanjutan green banking antara KLH dengan Bank Indonesia (BI) tahun 2010 lalu.

Dalam sambutannya, Balthasar mengatakan bahwa kerjasama ini bertujuan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Menurutnya, OJK selaku regulator memiliki peran strategis dalam mengatur perekonomian melalui kebijakan penyaluran kredit/pembiayaan yang ramah lingkungan.

Selain itu, lanjut Balthasar, OJK juga memiliki peran penting dalam mendorong terbentuknya entitas jasa  keuangan selain bank seperti asuransi, saham, dan sektor lainnya untuk memiliki wawasan lingkungan.

"Kementerian Lingkungan Hidup akan mendukung segala upaya para pihak untuk dapat mengimplementasikan semua kebijakan lingkungan hidup pada sektor jasa keuangan," katanya di Jakarta, Senin (26/5).

Muliaman menyambut baik kerjasama ini. Menurutnya, kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan peran lembaga jasa keuangan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui pengembangan jasa keuangan berkelanjutan. Setidaknya, terdapat lima poin yang tercantum dalam nota kesepahaman ini.

Pertama, mengenai harmonisasi kebijakan di sektor jasa keuangan dengan kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kedua, terkait harmonisasi kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan llingkungan hidup dengan kebijakan di sektor jasa keuangan. Ketiga, terkait penyediaan dan pemanfaatan data serta informasi lingkungan hidup untuk pengembangan jasa keuangan berkelanjutan.

Keempat, mengenai penelitian atau survei dalam rangka penyusunan konsep kebijakan di bidang keuangan berkelanjutan. Kelima, terkait peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia sektor jasa keuangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. "Pentingnya peran lembaga jasa keuangan dalam melindungi lingkungan hidup," katanya.

Menurut Muliaman, dukungan lembaga jasa keuangan dalam melaksanakan keuangan berkelanjutan (sustainable finance) juga menjadi fokus OJK. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sumber-sumber pendanaan proyek-proyek ramah lingkungan, seperti energi baru dan terbarukan, pertanian organik, industri hijau dan eco tourism.

Ia berharap kebijakan keuangan berkelanjutan dapat memberikan dampak positif berupa perubahan paradigma dalam pembangunan nasional dari greedy economy menjadi green economy. Greedy economy merupakan istilah dimana fokus ekonomi hanya terbatas pada pertumbuhan ekonomi yang dinilai melalui pertumbuhan GDP, melakukan eksploitasi kekayaan alam, dan aktivitas ekonomi yang bertumpu pada utang.

Sedangkan green economy merupakan perubahan pandang terhadap pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan 3P (people, profil, planet), perlindungan dan pengelolaan kekayaan alam serta partisipasi semua pihak. Konsep 3P tersebut menjadi dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

200 Bankir
Muliaman mengatakan, program green banking sudah diluncurkan oleh Kementerian LH dan BI sejak 2010 silam. Sejak saat itu hingga sekarang, terdapat 200 bankir yang memahami lingkungan hidup. Seluruh bankir tersebut telah mengikuti pelatihan mengenai risiko lingkungan hidup. Ia berjanji, akan terus meningkatkan jumlah bankir yang paham lingkungan.

"Jumlah ini akan terus ditingkatkan sebab tidak semua bankir yang mengerti lingkungan hidup," tuturnya.

Menurut Muliaman, hingga saat ini total pembiayaan perbankan yang digunakan untuk proyek berwawasan lingkungan mencapai Rp15,5 triliun. Proyek-proyek berwawasan lingkungan tersebut seperti pembiayaan bio diesel, bio energi, pertanian organik, industri hijau dan eco tourism. "Itu angka hingga kuartal I 2014," katanya.

Ia berharap dengan adanya kerjasama ini terjadi peningkatan portofolio pendanaan proyek berwawasan lingkungan. Muliaman yakin peningkatan portofolio pendanaan tersebut dapat membantu penyelesaian permasalahan ekonomi nasional terkait kemandirian di bidang energi, pertanian dan perindustrian.

Clean your iron with toothpaste and cook with Pyrex: Six ways to cut your energy bills by making your appliances more efficient


http://my-clippings.blogspot.com/2014/10/clean-your-iron-with-toothpaste-and.html
By RACHEL RICKARD STRAUS

As households get set for another winter of eye-watering energy bills, we’re all looking for ways to shrink our costs as best we can.

While there are many conventional methods out there that require more or less effort, we’ve come up with a list of six easy kills that simply involve tweaking your household appliances.

1. Could toothpaste make your iron more energy efficient?

You can make your iron work more efficiently by following these six steps, according to research from British Gas:


Saving money: A few simple steps could save you money on the cost of using an iron

1. When your iron is cool, wipe and polish the plate with a soft cloth.
2. Rub marks with a damp cloth when the iron is warm.
3. Use white toothpaste for more stubborn marks.
4. Rub the toothpaste off with a clean cloth.
5. Set iron on steam.
6. Steam a cloth for five minutes to ensure iron is completely clean.

Once you've done all that, your iron should work more efficiently, which in turns could help drive your electricity bill down. 


2. Save money every time you bake

Peering in: If you find yourself opening the door of the oven to check on your baking you could be adding to cooking time - and bumping up electricity costs
Peering in: If you find yourself opening the door of the oven to check on your baking you could be adding to cooking time - and bumping up electricity costs

Every time you open your oven door it loses ten degrees of heat, which can significantly add to cooking time and pushing up your energy consumption.

So if you find yourself opening it to peer in at your cakes and roast dinner – clean the oven door! Over the course of a year it could add up to a significant saving.

A clean oven works far more efficiently than a dirty one, so you may as well clean the whole thing if it isn’t already. And make sure the seal on the door is tight so no heat is going to waste.

There are times when only a tin tray will do, but could you sometimes use Pyrex or ceramic instead?
There are times when only a tin tray will do, but could you sometimes use Pyrex or ceramic instead?

3. Swap baking trays for Pyrex

Choosing the right dishes for cooking can also help you save energy and money. 

Metal baking trays heat up quickly, but they also lose heat quickly. Pyrex and ceramic, on the other hand, retain their heat well.

Of course there are times when only a metal baking tray will work. 

But where it makes no difference, if you switch from metal to Pyrex you may be able to cut down on cooking time or bake on a lower heat.

4. Fill your fridge with bottles of water

Every time you open your fridge it loses heat. It then takes energy to cool it back down again to the target temperature. 

But if the fridge is full, it takes longer for the heat to escape. If you don’t have a full fridge, just fill it with bottles of water to bulk it out.

5. Bleed your radiators

This can make a huge difference to the efficiency of your central heating and only takes a few minutes. It takes any trapped air out of the system to make it work much more efficiently. 

6. Defrost your freezer

Earlier this year we revealed how the Lewis family from Leeds shaved around 60p a day off their energy bills just be defrosting the freezer. 

A frost-coated freezer has to work harder to keep cold, which uses up more electricity.
Removing the frost could save a good £100 on energy bills.